Mengharapkan perubahan dari seseorang, maka kita tidak akan terlepas dari proses Pendidikan. Karena Pendidikan adalah jarak yang paling dekat antara suatu kondisi tertentu kepada perubahan tertentu.
Dimasa modern saat ini, Pendidikan juga mengalami perubahan dan kemajuan begitu cepat, baik dari sisi konsep dan pemikiran, manajemen, penerapan dan evaluasi. Terlebih lagi, Pendidikan pada saat ini menjadi institusi yang paling banyak disoroti, mengingat output dari Pendidikan adalah individu yang diharapkan oleh masyarakat.
Setiap lembaga Pendidikan yang berdiri pasti memiliki harapan dan tujuan, memiliki system yang akan diterapkan untuk mencapai harapan dan tujuan, memiliki system nilai dan evaluasi. Sehingga seluruh prosesnya dari awal hingga akhir dapat tergambar dengan jelas.
Islam, sebagai agama terbaik pasti memiliki konsep Pendidikan terbaik. Sebagai mana Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam telah mendidik para sahabat menjadi generasi terbaik, dan para sahabat juga telah melahirkan generasi terbaik. Ini tercatat oleh sejarah, bahwa Nabi telah merubah bangsa arab yang dalam masa kegelapan, dapat dirubah dalam waktu singkat, hanya 22 tahun, Mekkah dan Madinah berubah menjadi pusat peradaban dunia.
Pertanyaannya adalah, mengapa Lembaga Pendidikan Islam pada saat ini tidak dapat melahirkan murid-murid terbaik, dan kalah bersaing dengan Lembaga Pendidikan non Islam? Apabila generasi awal Islam, kaum muslim dapat melahirkan para pemikir dan ulama-ulama terbaik, kenapa pada saat ini hal tersebut tidak dapat kita lakukan?
Apakah konsep Pendidikan dari barat, yang memiliki system dan metodologi Pendidikan terbaik pada saat ini adalah murni pemikiran dari barat? Atau sebenarnya Islam juga memiliki pemikiran dan penerapan Pendidikan terbaik, namun kita belum menyadari bahwa konsep tersebut juga telah ada. Dikarenakan minimnya literasi kita pada Pendidikan Islam.
Kita contohkan, pembelajaran active learning, apakah pembelajaran active learning adalah system pembelajan baru? Coba kita lihat sejarah, apakah di masa Nabi dan para sahabat tidak ada pembelajaran active learning? Jika kita mengatakan tidak ada, maka kita harus membuka kembali buku-buku hadits dan sejarah.
Nabi telah mencontohkan pembelajaran active learning 14 abad yang lalu, terbukti dengan banyaknya catatan sejarah bagaimana Nabi mengajarkan sahabat dengan tanya jawab, dan membiarkan para sahabat melakukan sendiri apa yang mereka fahami. Selalu tidak bertentangan dengan syariat, maka Nabi biarkan. dalam bahasa agama adalah taqrir yang merupakan bagian dari hadits.
Banyak hal ternyata luput dari perhatian kita tentang Pendidikan, sehingga ketika kita membicara Pendidikan menggunakan istilah asing, maka untuk sebagian golongan, kita dianggap mengadopsi pemikian dari barat. Sehingga pada saat ini kita lebih sibuk menanyakan ini dari mana, dibandingkan kita membenahi system Pendidikan kita.
Pendidikan Holistik, merupakan Pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis, meliputi potensi intelektual, emosional, phisik, social, estetika dan spiritual. Sehingga sekolah yang menerapkan system Pendidikan holistic adalah sekolah yang berupaya mengembangkan seluruh potensi siswa. Hal ini sejalan dengan upaya seluruh Lembaga Pendidikan yang sejatinya ingin mengembangkan seluruh potensi siswa. Mengembangkan potensi intelektual, phisik, social, estetika dan spiritual.
Namun tidak semua Lembaga Pendidikan yang mengerti dan memahami bahwa system Pendidikan holistic ternyata menuntut kesiapan dari tataran konsep hingga tataran praktek.
ILLC menawarkan konsep Pendidikan holitik kepada sekolah-sekolah yang sudah ada, dengan memberikan bimbingan, konsultasi dan training. Yang mana dibidani olel ahli-ahli dibidangnya.
Apa yang akan ditawarkan: yang pertama adalah pembuatan Modul belajar yang baik dan menarik, kedua, meringkas pelajaran, ketiga, mengintegrasikan pelajaran, keempat, mengefektifkan jam pembelajaran, kelima, simulasi dan praktek, keenam, bimbingan belajar untuk pelajaran normative.
Enam langkah tersebut tidak terlepas dari 6 langkah pembenahan system, yakni : Supervisi yang berkelanjutan, Maksimalisasi SDM, Modifikasi kurikulum, simplikasi pelajaran, pengembangan ciri khas atau kekhususan sekolah dan penajaman orientasi.
Seluruh tahapan ini memperhatikan 4 kompetensi yang dimiliki siswa, kognitif, psikomotor, afektif dan spiritual.